Layanan
3G juga telah digembar-gemborkan namun pada kenyataannya, banyak ditemui
kegagalan. Negara Jepang dan Korea Selatan adalah contoh dimana layanan 3G
berhasil. Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh beberapa faktor:
1.
Dukungan pemerintah.
Pemerintah
Jepang tidak mengenakan biaya di muka (upfront fee) atas penggunaan
lisensi spektrum 3G atas operator-operator di Jepang (ada tiga operator: NTT
Docomo, KDDI dan Vodafone). Sedangkan pemerintah Korea Selatan, walau pun
mengenakan biaya di muka, memberikan insentif dan bantuan dalam pengembangan
nirkabel pita lebar (Korea Selatan adalah negara yang menggunakan Cisco Gigabit
Switch Router terbanyak di dunia) sebagai bagian dalam strategi pengembangan
infrastruktur.
2.
Kultur masyarakatnya.
Layanan
video call, yang diramal menjadi killer application tidak terlalu banyak
digunakan di kedua negara tersebut. Namun, layanan seperti download music dan
akses Internet sangat digemari. Operator seperti NTT Docomo (Jepang) memberikan
layanan Chaku Uta untuk download music. Sedangkan di Korea, layanan web
presence seperti Cyworld yang diberikan oleh SK Tel, sangat digemari. Dengan
layanan ini, pelanggan bisa mengambil foto dari handset dan langsung memuatnya
ke web portal miliknya di Cyworld. Layanan ini kemudian ditiru oleh Flickr
dengan handset N73.
3.
Keragaman layanan konten.
Docomo
dan SKTel tidak menggunakan WAP standar sebagai layanan konten nya. Docomo
mengembangkan aplikasi browser yang disebut iMode, sedangkan SKTel mempunyai
June dan Nate. Jaringan Telepon Telekomunikasi selular telah meningkat menuju
penggunaan layanan 3G dari 1999 hingga 2010. Jepang adalah negara pertama yang
memperkenalkan 3G secara nasional dan transisi menuju 3G di Jepang sudah
dicapai pada tahun 2006. Setelah itu Korea menjadi pengadopsi jaringan 3G
pertama dan transisi telah dicapai pada awal tahun 2004, memimpin dunia dalam
bidang telekomunikasi.
Operator
dan jaringan UMTS Pada tahun 2005, evolusi jaringan 3G sedang dijalankan untuk
beberapa tahun dikarenakan kapasitas yang terbatas dari jaringan 2G yang ada.
Jaringan 2G diciptakan dengan tujuan utama adalah data suara dan transmisi yang
lambat. Dikarenakan cepatnya arus perubahan pada permintaan pengguna, kebutuhan
akan nirkabel mereka tidak terpenuhi.
"2.5G"
(Dan juga 2,75G) adalah teknologi seperti pelayanan data i-mode, telepon berkamera,
pertukaran rangkaian data berkecepatan tinggi (atau disebut juga High-Speed
Circuit-Switched Data atau disingkat HSCSD) dan Pelayanan paket radio umum
(atau dikenal dengan General Packet Radio Service atau GPRS) diciptakan
untuk menyediakan beberapa funsi utama seperti jaringan 3G, tapi tanpa transisi
penuh ke jaringan 3G. Pelayanan-Pelayanan ini diciptakan untuk memperkenalkan
kemungkinan dari penerapan teknologi nirkabel untuk pengguna dan penigkatan
permintaan untuk pelayanan 3G.
Ada
beberapa pemahaman yang salah tentang 3G di dalam masyarakat umum.
1.
Layanan
3G tidak bisa tanpa ada cakupan layanan 3G dari operator. Hanya membeli sebuah
handset 3G, tidak berarti bahwa layanan 3G dapat dinikmati. Handset dapat
secara otomatis pindah jaringan 3G bila, pelanggan tidak menerima cakupan 3G.
Sehingga bila sedang bergerak dan menggunakan layanan video call, kemudian
terpaksa berpindah ke jaringan 2G, maka layanan video call akan putus.
2.
Layanan
3G berada pada frekuensi 1.900 Mhz. ITU-T memang mendefinisikan layanan 3G
untuk GSM pada frekuensi 1.900 Mhz dengan lebar pita 60 Mhz. Pada umumnya,
teknologi berbasis CDMA 2000 menggunakan spektrum frekuensi 800 Mhz, atau
dikenal sebagai spektrum PCS (Personal Communication System)