Sistem
seluler generasi pertama masih memakai teknologi analog. Sistem yang
dikembangkan di Eropa dan Jepang bersamaan waktunya dengan yang di Amerika,
yakni Advance Mobile Phone Sistem (AMPS). Di Inggris dikembangkan Total Access
Communication Sistem (TACS), di Skandinavia: Nordic Mobile Telephone Sistem,
(NMT) di Jepang: Nippon Advanced Mobile Telephone Service (NAMTS). Jerman Barat
(negara Jerman waktu itu masih terbagi menjadi dua; Jerman Barat dan Jerman
Timur) mengembangkan NETZ-C (C-450).
Kemampuan
standar masing-masing sistem tersebut di atas relatif sama tetapi spesifikasi
operasionalnya secara teknik tidak mendunia, karena sistem dipilih dan
dikembangkan di masing-masing negara untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri,
termasuk pilihan frekuensinya yang ditentukan oleh pita frekuensi radio yang
tersedia di setiap negara secara sendiri-sendiri.
Walaupun
konsep penggunaan sel dalam komunikasi seluler secara teori memberikan
kapasitas layanan komunikasi yang tidak terbatas melalui pemecahan sel jika
komunikasi di suatu wilayah sudah padat, di dalam prakteknya, para operator
tetap menghadapi kesulitan sejak dimulainya penggunaan radio seluler tahun
1990-an. Logikanya jika komunikasi semakin padat maka harus dibuat sel-sel baru
yang ukurannya semakin lama menjadi makin kecil. Akan terjadi ganguan
interferensi biaya nya mahal untuk mendirikan BTS di lokasi padat dengan posisi
fisik yang terbaik.
Selain
alasan ini, di Eropa misalnya, dengan banyak negara dan penduduknya sering
bepergian melintas antar negara, tidak akan memungkinkan bagi mereka
menggunakan telepon seluler yang sama di negara tetangga yang dilintasi atau
dikunjunginya. Dari keterbatasn inilah yang memunculkan komunikasi seluler
generasi kedua, dengan kapasitas layanan yang lebih besar serta tingkat
kesesuaian (kompatibiltas ) antar beberapa negara.
Sistem
seluler generasi kedua yang menggunakan teknik digital secara global ada empat
macam, yakni
1.
di
Eropa, yang juga digunakan secara internasional; Groupe Speciale
Mobile (GSM) yang yang kini lebih dikenal dengan Global Sistem for Mobile;
2.
di
Amerika Utara; North American Digital Cellular (NADC) yang dikenal dengan
IS-54.
3. di Jepang; Japanese
Digital Cellular (JDC).
GSM
yang kita kenal sekarang ini melalui nama layanan komunikasi di Indonesia
seperti TELKOMSEL dengan kartu “simpati”-nya, dan PT INDOSAT dengan
“mentari”-nya, dan PT EXELCOMINDO dengan “Pro-XL”-nya merupakan sistem
komunikasi seluler standar generasi kedua, yang bertujuan untuk mengatasi
masalah sistem yang operasionalnya secara teknis tidak bersesuaian, yang
terjadi pada pada sistem seluler generasi pertama di Eropa, yang berlaku.
Eropa
dalam pita 900 Mhz di Eropa, GSM pertam kali diperkenalkan di benua Eropa tahun
1991. Menjelang akhir tahun 1993, beberapa negara non-Eropa seperti di Amerika
ternyata mengacu ke teknik yang digunakan GSM, yakni DCS 1800, yang menangani
layanan komunikasi personal, yang disebut Personal Communication Services (PCS)
di pita 1,8 GHz sampai 2,0 GHz.
Kemampuan
GSM dibanding sistem yang sudah lebih dulu ada adalah penggunaan modul
identitas pelanggan yang disebut Subscriber Identity Module (SIMcard), yang
merupakan peranti memori yang menyimpan informasi seperti nomor identifikasi
(telepon) pelanggan, jaringan dan negara-negara tempat pelanggan berhak
dilayani, kunci-kunci pribadi, dan informasi khusus bagi pengguna.
SIM
yang merupakan kartu cerdas berukura sekitar 2 x 3 cm ini dimasukkan ke dalam
setiap telepon GSM yang dapat dilepas dan dibawa kemanamana. Setiap ponsel GSM
merek apapun tidak dapat dioperasikan tanpa SIM yang dimasukkan ke dalamnya.
Kemampuan
kedua GSM yang mengherankan adalah keraha-siaan di udara yang disediakan oleh
sistem. Tidak seperti telepon seluler analog yang bersifat FM, yang dapat
disadap,orang tidak bisa menyadap atau turut mendengarkan transmisi radio GSM.
Kerahasiaan ini dibentuk oleh teknik yang dienkripsi digital (diacak dengan
kode tertentu) di pemancar GSM, sesuai dengan kunci kriptografi tertentu yang
hanya diketahui oleh operator.
Kunci
ini dapat diubah-ubah untuk setiap pengguna. Setiap operator dan pabrik pembuat
GSM harus menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding)
sebelum mengembangkan peralatan GSM maupun menyebarkan layanan sistemnya. Nota
kesepakatan ini merupakan perjanjian internasional yang memungkinkan
terciptanya pembagian algoritma kriptografi dan informasi yang menjadi haknya
antara negara-negara, dengan para operatornya.
Setiap
ponsel GSM kan diberi nomor identitas khusus yang disebut dengan singkatan IMEI
(International Mobile Equipment Identity) berupa deretan angka
sepanjang 15 digit, atau IMEISV (International Mobile Equipment Identity and
Software Version Number) 16 digit. IMEI maupun IMEISV memiliki sebuah
struktur yang mencakup sandi persetujuan tipenya yang disingkat dengan TAC (type
approval code) dan kode perakitan finalnya yang disebut FAC (final
assembly code)